OKSON, LUWU TIMUR, -Salah satu agenda besar PT Vale dalam program Tanggung Jawab Sosial di wilayah pemberdayaannya adalah merubah mindsite atau pola pikir masyarakat.
Sebab sebagus apapun program yang ditawarkan jika pola pikir masyarakat masih kolot maka mereka sulit menerima ide – ide baru yang mereka anggap tak lazim.
Ini jugalah hambatan pertama yang dialami manajemen PT Vale saat ingin mengajak warga Desa Tabarano membangun Agrowisata Perkebunan Nanas Ponda’ta di Desa Tabarano, Kecamatan Wasuponda, Luwu Timur.
Begitu banyak warga yang tidak yakin, bahkan mengejek, menganggap program itu sia – sia karena tidak masuk akal bisa sukses berkebun dilahan yang tidak subur dan selalu terbakar jika musim kemarau.
Oleh Senior Coordinator PTPM Livelihood PT Vale, Zainab Husain Paragay, Pola pikir ini harus dirubah, disetiap kali pertemuan ia menggugah kesadaran dan membongkar kebiasaan lama warga yang tidak produktif menjadi sesuatu yang bermanfaat buat masa depan.
Agrowisata Perkebunan Nanas adalah Program Pemberdayaan Masyarakat PT Vale dalam membangun ketahanan ekonomi berbasis lingkungan. Sebuah perwujudan
Tanggungjawab Sosialnya dari aktivitas pernambangan yang dilakukannya di Kabupaten Luwu Timur.
Tujuannya agar warga di wilayah pemberdayaan bisa tumbuh dan berkembang dengan potensinya sendiri, tidak bergantung pada tambang. Ini salah satu yang mereka sebut dengan Pertambangan berkelanjutan.
Akhirnya pada 2022,
silam, sekitar 40 orang warga Tabarano bersama pemerintah desanya bersedia bekerja sama dengan PT Vale untuk menanam nanas di lokasi kemiringan Desa Tabarano. Mereka menyulap lahan kritis menjadi lahan subur dan berfaedah buat masyarakat.
Menurut Zainab, sebelum melakukan penanaman perdana, ia mendatangkan tim ahli untuk mengukur tingkat keasaman atau PH tanah yang akan ditanami nanas.

Hasilnya menyebutkan PH tanahnya dibawah 4 artinya tingkat keasaman tanahnya sangat tinggi. Ini cocok untuk pohon nanas, karena pohon nanas dianggap sejenis dengan kaktus yang bisa hidup dilahan yang agak kering dengan keasaman tanah yang tinggi.
Lalu dimulailah penanaman perdana sebanyak 2000 pohon. Dan benar saja, setelah ditanam pertumbuhannya tidak subur, kondisi nanas kerdil buahnya juga kecil.
Maka di penanaman tahap kedua dilahan sekitar Empat Hektar, PT Vale menurunkan timnya yang selama ini menangani proses reklamasi pasca tambang untuk mendampingi warga menanam nanas yang benar.
Dalam pendampingan ini ada perlakuan khusus terhadap tanah yang akan ditanami nanas, dan setelah itu diterapkan hasilnya sangat jauh berbeda. Penanaman kedua ini hasilnya memuaskan, pohonnya subur, daun nenasnya lebih panjang, dan buah yang dihasilkan 3 sampai 5 Kg perbuah.
” Alhamdulillah, saya bersama ibu desa sangat terharu hasilnya sangat luar biasa, keberhasilan ini menginspirasi warga untuk mendukung program agrowisata ini. ” Ujar Zainab. Minggu (27/07/2025).
Disebutkan, kehadiran agrowisata kebun nanas ponta’da ini juga menjadi solusi efektip mencegah kebakaran lahan. Sejak 2022 hingga 2025 sudah tidak pernah lagi terjadi bencana kebakaran lahan di Desa Tabarano.
Tak sampai disitu saja, PT Vale juga melakukan pendampingan terhadap kelompok tani Ponta’da,memberikan pelatihan khusus, agar sumberdaya yang akan menggerakkan agrowisata ini paham dalam menekuni perkebunan nanas dan mengolah produk turunnanya.
” Setelah kita geluti, nanas yang kita tanam sudah bisa kita lihat hasilnya, untuk panen perdana ini 2000 pohon dulu. ‘ kata Zainab
Seiring dengan waktu produksi nanas ini makin dikenal luas. Banyak karyawan PT Vale ingin membelinya lewat pemesanan secara online.
Kedepan PT Vale akan membangun lagi satu buah rumah produksi untuk mengolah produk turunannya dari nanas yang sudah dipanen.
Keberhasilan kolaborasi ini membuktikan PT Vale berhasil membangun proyek masa depan warga Tabarano dalam membangun ekonomi desa berbasis hortikultura.
Kenapa harus Nanas
Pemilihan pohon nanas dalam agrowisata ini mengandung makna filosofi yang kental dengan kearifan lokal.
karena ini selaras dengan nama kecamatannya yaitu Kecamatan Wasuponda. Dalam bahasa Padoe Wasuponda artinya Nanas yang Tumbuh diatas Batu. Jadi nuansa kearifan lokalnya dapat.
Sebelum pemekaran wilayah kabupaten Luwu Timur, Wasuponda ini dikenal kampung nanas di Tana Luwu. Setiap rumah penduduk selalu ada pohon nanas. Sehingga nanas menjadi ciri khas tersendiri. Setelah Luwu Timur resmi menjadi daerah otonom, Kampung Wasuponda ini ditetapkan jadi Kecamatan Wasuponda.
Ketua Kelompok Tani Ponta’da Yohanes Gusti mengatakan, saat ini luas lahan yang sudah ditanami pohon nanas sebanyak Lima Hektar, dudalamnya sudah tumbuh 30 Ribu pohon. Sebahagian besar sudah berbuah dan siap dipanen.
Yang baru bisa dipanen perdana ini sekitar 2000 pohon. Dalam satu pohon indukan nenas yang baik bisa berbuah sampai empat kali. Karena setiap pohon nanas ada dua sampai empat tunas yang muncul, itulah yang akan tumbuh kembali.
Prosofek perkebunan nanas ini sangat baik, permintaan dari PT Vale sangat tinggi, sehingga dipanen perdana belum bisa menjual keluar.
Panen berikutnya ini diperkirakan bisa menghasil buah nanas seberat Satu Ton.
” Harganya sekarang 1 Kilogram Rp. 15.000 dalam satu buah nenas beratnya bisa mencapai 3 sampai 5 Kg. ” Ujar Yohanes.
Jenis nanas yang ditanam adalah Nanas Lokal, Nanas Madu dan Nanas Bogor. Dengan biaya pemeliharaan satu pohon sekitar 20.Ribu Rupiah. ” Jadi jika berat satu buah Nanas 4 Kg. Maka keuntungan per buah sekitar Rp 40. 000. Dan pada panen perdana ini kami baru bisa menghasilkan Rp 10 Juta.
Rencana besar kedepan agar nilai ekonominya lebih tinggi, dari buah nanas yang sudah dipanen ini akan di olah menjadi berbagai produk turunannya, sehingga menjadi ciri khas di Wasuponda.
Produk turunan yang akan di produksi dalam waktu dekat adalah Selai Nanas, Dodol Nanas. “Nah dodol nanas ini cikal bakal produk unggulan kami karena sepengetahuan saya belum ada yang memproduksi dodol nanas. Kami sudah uji coba pembuatannya dan hasilnya ada cita rasa yang khas dan lebih enak. Kami sangat optimis untuk membuat produk dodol ini karena belum ada pesaingnya. ” Kata Yohanes.
Selanjutnya membuat sirup nanas, yang tidak menggunakan bahan pengawet, tidak pakai pewarna dan pemanis buatan. Kami mencoba alamiah . Agar terasa kesan originalnya. Dan terakhir kami akan membuat kripik Nanas. Jelasnya.
Rimal. Manuk Allo kades Tabarano. Menjelaskan, lewat program agrowisata perkebunan nanas ini ia bertekat akan menjadikan desa Tabarano menjadi Desa Mandiri. Menjadi Desa Berempati, Berdayasaing, Berbudaya, dan Berkualitas.
Bersama PT Vale, Pemerintah Desa Tabarano sudah melakukan tiga pemetaan. Yaitu Agrowisata Perkebunan, Agro Peternakan, dan Agro Wisata Permandian Alam.
Dijelaskannya, untuk perkebunan nanas ini ada yang tumbuh subur dan ada yang kerdil. Yang tumbuh subur itu petani kita sudah mendapatkan pembekalan dari PT Vale tentang penanaman yang benar. Yang kerdil itu pebanaman ketika belum mendapat pendampingan dari PT Vale.
” Akhirmya saya harus mengucapkan banyak terimakasih kepada PT Vale yang sudah banyak membantu memberikan pendampingan dan fasilitas sehingga di kemiringan sekitar enam hektar ini sudah ditumbuhi pohon nanas. Berkat pendampingan dari PT Vale, secara bertahap sudah membuka mindsite warga Desa Tabarano agar bisa hidup lebih bermanfaat, punya daya saing untuk kebahagiaan masa depan kita sendiri. ( son/***)






