OKSON, LUWU TIMUR, – Sebaik apapun program Ibas – Puspa jika tidak ditopang dengan kemampuan fiskal yang kuat sama saja omong kosong. Untuk itulah publik perlu mendapat gambaran seperti apa ketangguhan keuangan daerah untuk mengeksekusi seluruh janji politik Ibas – Puspa yang sudah tertuang dalam visi misi.
Lewat Rapat Pansus RPJMD yang dipimpin Sarkawi A Hamid, Jumat (23/05/2025) Muh.Said Kepala Bapenda Luwu Timur menyebut Proyeksi pendapatan keuangan daerah Luwu Timur sampai 2029 adalah 3,1 Triliun. Dan berharap banyak dari kontribusi PT Vale.
Proyeksi ini berdasarkan potensi – potensi yang dimiliki Kabupaten Luwu Timur. ” Mudah – mudahan dalam perjalanannya hal ini bisa kita penuhi. Karena ada hal yang tidak bisa di kendalikan oleh pemerintah daerah seperti kebijakan – kebijakan pusat maupun di pemerintah provinsi. ” Ujar Said.
Dijelaskannya, saat ini di Luwu Timur ada potensi baru sekaitan dengan pendapatan daerah terutama pada proyek – proyek pertambangan yang baru akan dibuka. Ini tentu akan meningkatkan pendapatan daerah kita baik dari sisi PAD dan Pendapatan Transfer.
Terkait dengan PAD tentu akan sangat dipengaruhi dengan Pajak Daerah. Terutama penerimaan di Pajak Restoran, Pajak Mineral Batuan Bukan Logam, Pajak Penerangan Jalan dan termasuk BPHTB.
Karena asumsinya pasti pemilik IUP ini akan membebaskan lahan yang masih dimiliki masyarakat Luwu Timur dan dari sisi retribusi akan berdampak Karena pasti akan banyak kegiatan – kegiatan pembangunan baik yang dilakukan oleh sektor pertambangan dan non pertambangan.
Ditahun 2026 nanti ada hal baru yang akan diterima Lutim sebagai konsekwensi dari perubahan KK PT Vale ke IUPK. Di Undang – Undang nomor 23 Tahun 2020 tentang Pertambangan bahwa perusahaan yang mengalami perubahan KK ke IUPK wajib menyisihkan laba bersihnya sebanyak 10 Persen.
Sepuluh Persen ini dibagi, Empat persen untuk pemerintah pusat, kemudian Enam persennya dibagi lagi dengan Pemerintah Provinsi dapat Satu Setengah Persen, Kabupaten Kota penghasil mendapatkan Dua Setengah Persen dan Dua setengah Persennya lagi dibagi kepada kabupaten kota yang ada dalam satu provinsi.
” Jadi ini hal baru yang akan kita terima di 2026 atas laporan laba bersih PT Vale di tahun 2025. Jika kita simulasikan dari penerimaan tersebut di asumsikan tahun 2026 Lutim dapat 112 Miliar. Mudah – mudahan laba bersih PT Vale tidak menurun asumsinya begitu.” Jelas Said.
Diprediksi ditahun ini PT Vale akan dapat laba netto sebanyak 4,5 Triliun. Dengan anggapan semakin tinggi nilai tukar mata uang maka nilai pembaginya makin besar.
Kemudian PT Vale juga sudah mempersiapkan untuk proyek Sorowako Limonite Ore ( Sorlim ) untuk kadar nikel yang rendah. Tentu akan menambah nilai penjualan nikel dari tahun – tahun sbelumnya.
Bahkan kita berasumsi 2028 sampai 20230 itu penerimaan kita dari PT Vale makin baik lagi apabila proyek di Tanamalia ini bisa dimaksimalkan. Karena berdasarkan dengan laporan PT Vale direncanakan proyek di Tanamalia itu akan berlangsung pada 2030 atau 20231 itu sudah berproduksi. Dan itu pasti akan memberikan nilai pendapatan kita yang lebih besar lagi mengingat di lokasi tersebut great nikelnya tinggi tentu akan berkontribusi pada pendapatan daerah.
Kemudian penerimaan pendapatan dari Perseroda Lutim Gemilang pada 2028. Diasumsikan 2025,2026 persiapan, 2027 beroperasi dan 2028 kita sudah berhitung dividen.
” Pak bupati sangat berharap pada BUMD Luwu Timur Gemilang ( LTG ) ini bisa masuk ke dunia pertambangan, bisa menyerap tenaga kerja, dari tiga blok yang ada ini LTG bisa sebagai penambang bukan sub kontraktor. ” Ucap Said.
Selanjutnya depident dari Bank Sulselbar, ini juga bisa meningkat berdasarkan penyertaan modal yang kita miliki. Posisi kita sekarang adalah 6,20 persen saham kita untuk tahun 2024. Maka di 2029 nanti kita bisa naik 8,50 persen, sehingga kita prediksikan memperoleh dividen itu bisa 52 sampai 53 Miliar pertahun. Konsekwensinya harus menambah penyertaan modal kita di bank sulselbar. Jika ini bisa berjalan otomatis penerimaan bagi hasil Luwu Timur akan meningkat.
Kemudian pendapatan dari iuran tetap yang merupakan kewajiban perusahaan setiap tahun bayar kenegara, ini bisa menambah juga penerimaan kita.
Selanjutnya penerimaan Royalti, ini secara otomatis akan meningkat, karena ada dalam undang – undang, dana transfer dari Provinsi, kemudian potensi penerimaan dari hibah listrik dan hibah scrap ( besi tua ).
Untuk hibah scrap kita tidak menerima dalam bentuk uang. Tapi dalam bentuk barang, dengan demikian ada dua jenis yang akan kita tempuh yaitu menerima barang tapi kita juga yang melelang sendiri.
Kedua butuh penguatan secara regulasi terkait siapa yang akan ditunjuk pak bupati siapa yang akan mengerjakan ini scrap. Apakah pihak ketiga atau perseroda.
Hibah Listrik, mengenai ini sudah ada pembicaraan dengan PT Vale, dimana Vale tidak keberatan mengambil alih 10,7 Megawatt itu untuk dikelola sendiri tidak dijual lagi ke PLN. Tapi harus ada jaminan jika 10,7 Megawatt ini diambil listrik di Luwu Timur ini tidak bermasalah.
Jika PLN tidak bersedia melepasnya berarti ada opsi lain yang harus kita lakukan, yaitu PLN harus memaksimalkan pemakaian 10,7 Megawat itu. Kondisi sekarang mereka hanya menggunakan 60 persen saja dari 10 Megawat tersebut.
Kemudian jika PLN tetap ingin memakai 10,7 Megawat ini berarti harus ada peninjauan tarif. Peninjauan tarif kita pernah terjadi pada 2013. Harga nya 607,49 sen per KWH. Sekarang berdasarkan Permen ESDM, harga beli PLN adalah 996 sen per KWH. Jika kita berhasil meminta penambahan harga jual listrik ini tentu akan menambah sumber pendapatan buat Luwu Timur.
Kemudian pemanfaatan slag nikel, setelah dikaji slag ini sangat mempengaruhi penerimaan pajak mineral batuan bukan logam, ini yang akan kita dorong ke PT Vale ketika mereka menggunakan slag berarti dia harus berkontribusi ke daerah.
Di semister dua 2024 penggunaan slag oleh PT Vale ini sebanyak 499 ribu ton lebih . Maka jika kita konversi kepenggunaan material MBLB maka kita kehilangan hampir 120 miliar pertahun.
” Kita kali Lima Rupiah saja pemakaian slag nya ini maka setiap bulan kita mendapatkan 2,5 Miliar perbulan. Atau 29 Miliar pertahun. ” Ungkap nya.
Terakhir potensi pendapatan dari Tiga Dam PT Vale. Ini juga perlu kita pikirkan untuk bisa menjadi pendapatan daerah. Tapi ini butuh pengkajian lebih cermat lagi. Kata Said.
Usai memaparkan , Pimpinan Pansus RPJMD
Ketua DPRD Ober Datte menanyakan bagaimana hitungannya itu hingga bisa dapat angka 112 miliar dari laba bersih PT Vale.
Menurutnya memang prediksi perlu, tapi jangan pula sampai berhalusinasi, seperti saya sampaikan tadi pada 2024 itu jika tidak salah pendapatan Vale itu sekitar 1,7 Triliun. Dan saudara memprediksi 4,1 Triliun. Itu bagaimana hitungannya. Variabelnya apa, kita perlu cermat disini karena uangnya ini akan kita koneksikan dengan semua program – program Ibas – Puspa. Tolong ini diperkuat lagi Kata Ober.
Mahading, setelah mendengar pemaparan dari Muh.Said menanggapinya mengatakan, soal pedapatan , kita tidak cukup pengetahuan untuk mengabstrasikan keuntungan kita dengan keuntungan PT Vale yang jumlahnya sampai 4,5 Triliun itu kecuali sifatnya hanya dugaan.
Kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang situasi ekonomi global, sebab harga nikel sangat dipengaruhi dengan situasi ekonomi global.
Apakah perang Rusia Vs Ukraina ini berdampak pada pasar nikel didunia.
Lalu kita dengan cepat mengklaim bahwa kita bisa dapat cuan besar dari penjualan nikel Vale sekitar 4,5 Triliun itu.
” Saya sepakat dengan pak ketua kita ambil standart minim. Boleh kita pasang standart tinggi tapi jangan sampai kita pasang standart tinggi dan itu tidak tercapai maka kita sudah siap dengan antisipasi resikonya. ” Saran Mahading.
Lanjut dijelaskannya, ternyata hampir 90 persen proyeksi pendapatan kita Semua dari PT Vale. Sangat tinggi ketergantungan kita sama Vale. Lantas Kenapa kita tidak keluar dari situasi mapan ini, mengimbanginya dengan sektor lainnya seperti pertanian, perkebunan perikanan dan patiwisata. ” Saya berharap untuk penyempurnaannya ada gambaran pendapatan dari luar sektor Pertambangan. ” Tutup Mahading.
Anggota DPRD Muh. Nur juga dari Fraksi PDIP menanggapinya, mengatakan sumber pendapatan yang dikemukakan Pak Said itu sangat minim oriented, dominan mengharap dari tambang PT Vale.
Ia tidak melihat ada inovasi dari sumber pendapatan ini dari agro oriented, sektor pertanian. Sementara di daerah kita ini ada sektor pertanian, perkebunan, dan pariwisata.
” Saya ingin ada sebuah inovasi, minimal kita harus tahu sampai berapa tahun daya tahan tambang kita di Luwu Timur ini, disitulah kita menulis masa depan Luwu Timur dengan segala potensi yang dia miliki sehingga dalam RPJMD nanti itu tergambar jelas kekutan fiskal kita meskipun tiba – tiba Harga nikel anjlok. ” Tutup Muh.Nur.
Dilaman Vale.com terkait Laporan tahunan Keberlanjutan dijelaskan kinerja operasional , total Produksi dan penjualan Nikel dalam Mate ( Ton) pada 2023 Produksi mencapai 71.311 Ton. Penjualan mencapai 72,625 ton, Sedangkan Pendapatan Operasional mencapai 950.388 Ribu AS$, Laba Tahun Berjalan 57.761 Ribu AS$ di 2024. Biaya Produksi Nikel dalam mate sebesar AS$ 9,479 per ton di 2024.
Dimana ditengah penurunan harga nikel sebesar 30 persen, dari AS$ 21.482 per ton pada tahun 2023, menjadi AS$ 14.965 per ton pada tahun 2024, perusahaan berhasil mempertahankan stabilitas operasional dan menunjukkan kinerja positif melalui peningkatan efisiensi serta kemampuan menghasilkan output produksi yang lebih besar (0,82 %) dengan biaya yang lebih rendah (6,05 %)
( son /****)