OKSON, LUWU TIMUR, – RSUD Ilagaligo memang harus berbenah diri, semenjak dokter Irfan menjabat sebagai Pelaksana Tugas Direktur dirumah sakit daerah tersebut, komplain atas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien masih terus terjadi. Setelah kasus janin yang meniggal di kandungan tempo hari, Hari ini cerita kelam itu terulang kembali.
Naiyla Fasya Ramadhani ( 14 tahun ) warga Desa Baruga Kecamatan Malili pada Senin Kemarin meninggal dunia di RSUD Ilagaligo. Kepergiannya ini tidak bisa begitu saja diterima oleh pihak keluarga. Mereka menganggap meninggalnya Naiyla yang begitu cepat erat kaitannya dengan tindakan medis yang diduga kurang profesional dari pihak RSUD Ilagaligo selama Naiyla menjalani rawat inap di Rumah Sakit Ilagaligo.
Dan Pada hari ini Selasa 16 September 2025, jenazah Naiyla dikebumikan di pemakaman Lakaloi Malili. Proses pemakamannya diwarnai dengan isak tangis pihak keluarga.
Sangkala, salah seorang keluarga almarhumah. kepada wartawan mengatakan, ada banyak kejanggalan yang mereka rasakan selama almarhumah menjalani rawat inap dirumah sakit ilagaligo.
Ia menceritakan, almarhuman dibawa kerumah sakit ilagaligo wotu karena menderita nyeri di uluhati. Sesampainya dirumah sakit, pasien ditempatkan diruangan yang sangat tidak manusiawi, sempit dan tak memiliki WC. Selain itu sirkulasi udara diruangan tersebut terasa pengab. Hal ini membuat fasien makin tidak nyaman dan malah menjadi sesak jika bernapas.
Kemudian dalam keadaan sakit parah seperti itu Naiyla semasa hidupnya harus berjalan cukup jauh untuk mendapatkan WC jika ingin buang air. Sehingga ini memperparah kondisi fisiknya. Hal lain yang membuat keluarga bertanya-tanya ketika pihak rumah sakit menyampaikan si pasien terserang virus dan harus di isolasi.
” Ini yang saya bingung virus apa, itu tidak dijelaskan, karena yang kami tahu saat dirawat dirumah sakit selain nyeri ulu hatinya, tumbuh juga dibadannya semacam penyakit kalau dikampung itu disebut sarampa. Setelah di suntik obat Inpusnya, pasien kejang-kejang , muntah dan mengeluarkan busa di mulutnya sampai akhirnya pada senin malam sekitar pukul 19.00 wita dinyatakan meninggal dunia.” Jelas Sangkala.
Sebenarnya dari pihak keluarga sudah membangun komunikasi yang baik dengan pihak rumah sakit. Waktu itu kami meminta agar pasien dipindahkan keruangan yang lebih layak, tapi ditolak pihak rumah sakit dengan alasan sudah tidak ada lagi kamar karena semua sudah penuh.
Kemudian karena almarhumah sebelumnya sempat diambil sampel darahnya untuk di periksa dan juga di rontgen, ketika kami minta itu hasil rontgennya tidak dikasi sampai saat ini. ” Yang jelas kami merasa pihak rumah sakit yang tidak kooperatif. Atas kejadian ini pihak keluarga akan berunding terlebih dahulu, rencananya mereka akan melaporkan kejadian ini ke DPRD Lutim setelah itu lanjut akan melapor secara resmi ke Polres Luwu Timur. ” Ujar Sangkala.
Plt Direktur RSUD Ilagaligo Wotu, dr.Irfan yang dimintai konfrimasinya terkait keluhan pasien tersebut sampai saat ini belum memberikan jawabannya atas kasus tersebut. Lima pertanyaan yang diajukan sama sekali belum di jawab. ( son/***)









