OKSON, LUWU TIMUR, – Tak ada yang bisa memastikan kapan bencana alam itu akan menerpa penduduk di bumi, namun dengan belajar dari pengalaman, ditambah dengan pengetahuan dan kesadaran yang tinggi, kita bisa melakukan berbagai siasat untuk mempersiapkan diri guna mengurangi risiko dampak yang akan ditimbulkan manakala bencana itu datang.
Dasar inilah yang membuat PT Vale Indonesia bersama Pemerintah Kabupaten Luwu Timur duduk bersama membahas Rencana Tanggap Darurat ( RTD ) Bendungan Seri Sungai Larona Larona. Pembahasan ini sangat penting karena menyangkut langkah – langkah dan tindakan yang akan dilakukan untuk keselamatan warga Luwu Timur yang tinggal di Kecamatan Malili wilayah hilir dari Bendungan Larona.
Rencana Tanggap Darurat ini akan menjadi panduan bersama dalam menghadapi potensi kegagalan bendungan dan dampak bencana yang mungkin terjadi, seperti banjir. Dari panduan ini sudah ada gambaran kesiapsiagaan dan koordinasi yang lebih baik antara pemerintah, PT. Vale, dan masyarakat sekitar dalam menghadapi bencana sehingga dapat meminimalkan risiko dan korban jiwa.
” Kita membutuhkan adanya keseragaman panduan dalam manajemen aksi, sehingga tidak kita minta – minta tiba-tiba bendungan PT Vale jebol maka kita sudah punya cara untuk mengatasi kebingungan dan memastikan tindakan yang tepat dan cepat dalam upaya evakuasi penyelamatan. ” Ujar Asisten Pemerintahan dan Kesra Aini Endis Anrika, usai menggelar rapat pembahasan RTD di Hotel Ilagaligo Malili. Selasa ( 27 /05/ 2025 ).
Disebutkannya, RTD ini harus selalu kita sosialisasikan dan disimulasikan kemasyarakat agar warga memiliki pemahaman yang cukup sehingga mereka tidak panik dan bisa dengan cepat dan tepat menuju titik -titik yang sudah ditentukan dalam menyelamatkan diri.
” Atas nama pemerintah Kabupaten Luwu Timur, saya mengucapkan terimakasih kepada PT Vale yang tetap peduli dengan ancaman jebolnya Dam PT Vale, dengan adanya Rencana Tanggap Darurat ini masyarakat tetap mawas diri atas bahaya kegagalan tiga bendungan PT Vale. Dengan demikian diharapkan bisa meminimalkan kerugian baik dari segi nyawa, harta benda, maupun kerusakan lingkungan. ” Ungkap Endis.
Tentunya sebagai representasi dari Pemerintah Luwu Timur, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Luwu Timur diharapkan menjadi yang terdepan dalam memberikan pemahaman yang kongkrit dalam simulasi evakuasi penyelamatan serta langkah- langkah koordinasi hingga penanganan pasca bencana.
Selanjutnya kata Endis, belajar dari pengalaman dalam menangani bencana alam yang pernah terjadi di Luwu Raya, Penanganan Pasca Bencana sering kali menjadi masalah, bahkan kesalahan dalam penanganan pasca bencana bisa berakibat fatal baik bagi warga sebagai korban dan relawan dari pihak penyelamat. ” Jadi untuk mengatasinya ini lagi – lagi koordinasi harus nyambung. Dan sangat pas kiranya kita hari ini menyusunnya dalam RTD ” Tandas Endis
Luwu Timur Pernah Panik Diguncang Gempa 5,7 Magnitudo
Kewaspadaan PT Vale dan Pemerintah Luwu Timur akan kegagalan Dam PT Vale sangat beralasan, sebab salah satu bencana yang di khawatirkan bisa membuat kegagalan pada Dam PT Vale adalah Gempa Bumi.
Salah satu sesar yang sering mengalami kontraksi adalah sesar matano. Sumber dari BMKG menyebutkan Panjangnya sesar matano 35 kilometer. Memanjang dari arah barat ke timur melalui Luwu Timur (Kecamatan Mangkutana, Wasuponda, dan Nuha) dengan prediksi Maksimal guncangan 6,8 richter.
Pada Senin (16/4/2012) Kabupaten Luwu Timur pernah di guncang gempa berkekuatan 5,7 skala richter dengan lokasi di 2.59 Lintang Selatan , 121.85 Bujur Timur (82 km arah tenggara ibu kota Luwu Timur). Dengan kedalaman 10 Km. Guncangan gempa ini juga dirasakan di Polewali.
Sorowako Kecamatan Nuha dan Mahalona Raya Kecamatan Towuti daerah paling terparah mengalami guncagan tersebut, banyak rumah rusak dan warga panik mengungsi. Ditengah kepanikan itu warga dibagian hilir yakni di Kecamatan Malili juga resah karena waktu itu beredar informasi sesat yang menyebutkan Dam PT Vale Retak akibat gempa bumi itu.
Informasi ini membuat warga panik dan beramai – ramai menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi.
Aksan yang kini sudah menjabat Kepala Desa Pongkeru mengisahkan waktu itu mereka menyelamatkan diri berdasarkan naluri bertahan hidup saja. Karena waktu itu belum ada pelatihan menghadapi bencana alam.
” Waktu itu belum ada mitigasi bencana baik dari pemerintah Lutim maupun dari PT Vale. Bahkan kita tidak pernah mengira ada gempa sebesar itu melanda Luwu Timur. Berkaca dari pengalaman itu sangat tepat jika Vale dan Pemda Lutim melakukan mitigasi bencana dan membuat Rencana Tanggap Daruratnya.” Kata Aksan.
Untuk diketahui mitigasi bencana ini bukan baru pertama kali dilakukan, tahun lalu Rabu (08/05/2024). Pernah dilakukan simulasi penanganan bencana gempa berkekuatan 7,6 skala richter di Malili.
Simulasi penanganan bencana ini diselengarakan oleh Pokja IV TP PKK Lutim bekerjasama BPBD Lutim ini melibatkan 300 peserta diantaranya TNI/Polri, Tagana, Basarnas, TP PKK Kabupaten, Tim PSC Dinas Kesehatan, TP PKK Kecamatan, TP PKK Desa/Kelurahan, murid sekolah dasar dan narasumber/fasilitator pendamping simulasi BPBD Provinsi Sulsel.
Sementara itu, Perwakilan Management PT. Vale, Anom Prasetyo mengapresiasi Pemda Lutim yang mendukung kegiatan ini.
“Kami dari pihak PT.Vale berterima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Luwu Timur yang merespon baik kegiatan yang perlu kita lakukan dalam mengantisipasi bencana yang akan terjadi,” ujar Anom.
Anom menambahkan RTD ini penting dilakukan walaupun bendungan tersebut rutin di evaluasi keamanannya.
“PT. Vale selalu menjaga keamanan dari bendungan ini, tetapi sebagai bentuk tanggungjawab kita bersama juga untuk secara bertahap menyampaikan kepada segenap masyarakat Luwu Timur khususnya masyarakat Kecamatan Malili, yang akan menerima dampak secara langsung bilamana bendungan seri sungai larona mengalami kegagalan,” ucap Anom.
Ia meyakinkan, PT Vale sangat konsen terkait tanggap darurat, ini bisa dilihat dari perjalan PT Vale masih bernama PT Inco. Dimana secara bertahap Vale matangkan personil dan fasilitas Tanggap Darurat tersebut.
Dijelaskannya, PT Vale membentuk Tim tanggap darurat sejak masa ekspansi Bechtel Di Sorowako, Saat itu Fasilitas yang di miliki hanya Fire Truck dengan jumlah personil yang sangat terbatas dan hanya melayani kedaruratan kebakaran saja.
Kemudian pada Tahun 1982 Tim Firefighter ini bergabung dengan tim First Aid yang sebelumnya dibawah koordinasi Rumah Sakit Inco Sorowako, Sejak saat itu tim tanggap darurat berubah nama menjadi Fire dan Rescue dengan tambahan personil volunteer dari beberapa departemen.
Di periode tersebut, selain menangani kedaruratan kebakaran, tim Fire dan Rescue juga melayani kedaruratan medis dan jenis kedaruratan lain di area operasi PT Vale Indonesia (PT Inco).
Tahun 2006, Nama Fire dan Rescue bertransformasi menjadi Fire dan Emergency Services dengan dibarengi penambahan jumlah personil, fasilitas tanggap darurat, fasilitas pendukung.
Cakupan responnya juga lebih luas, meliputi : Firefighting Operation, Confined Space Rescue, Rope Rescue, HAZMAT Operation, Motor Vehicle Extrication, Oil Spill Response, Water/Mud Rescue, Land SAR, Ambulance Services/ Medical Evacuation.
Di tahun ini juga awal terbentuknya ERG (Emergency Response Group) PT Vale Indonesia yang terdiri dari Response Agency, Control Agency & Support Agency. Jelas Anom.
Untuk diketahui, Kegiatan mitigasi bencana ini dirangkaikan dengan sesi diskusi bersama untuk mengetahui permasalahan apa yang harus ditangani agar tidak ada kendala yang akan terjadi saat adanya bencana dan melakukan skenario simulasi Table Top Exercise bersama.
Adapun lokasi simulasi RTD yang akan dilaksanakan yakni ; Desa Wewangriu, Desa Baruga, Desa Balantang, Kelurahan Malili, Desa Laskap, Desa Puncak Indah, Desa Pongkeru dan Desa Pasi-pasi.
Pembahasan RTD ini dihadiri Kalaksa BPBD Lutim, dr. April, Kabag OPS Polres Lutim, AKP., H. A. Muhammad Yusuf, S.H., M.H., perwakilan Emergency Management Team (EMT) PT. Vale Indonesia, perwakilan Kepala OPD terkait, Camat Malili, Nasir, Kapolsek Malili, Danpos TNI AL Lampia, Lettu laut (P) Munawir Baharudin, perwakilan Danramil Malili, perwakilan Basarnas, perwakilan PMI Malili, dan para Kepala Desa terkait.
(Okson/***)