OKSON, LUWU TIMUR, – Wajah Mujiharjo (60) warga Desa Tabarano Kecamatan Wasuponda, Kabupaten Luwu Timur berseri-seri ketika pandangannya menatap pada hamparan pohon nanas yang tumbuh dengan subur dilokasi Agrowisata Ponda’ta Desa Tabarano. Kecamatan Wasuponda.
Ia tidak pernah membayangkan agrowisata perkebunan nanas yang dibina PT Vale Indonesia ini dalam sekejap sudah terkenal dan kini banyak dikunjungi warga dari berbagai daerah di Indonesia.
Dari situlah ia membayangkan dari pohon nanas tersebut ada masa depan yang jelas sebagai mata pencaharian yang tetap yang bisa membiayai kebutuhan hidupnya disaat usianya sudah tidak muda lagi.
Selama dua tahun terlibat dalam pengembangan perkebunan nanas di Agrowisata Ponda’ta, Mujiharjo sudah merasakan manisnya cuan dari buah-buah nanas yang sudah dipanen.
Ekspektasinya begitu tinggi ketika mengetahui buah-buan nanas yang dipanen tersebut sudah berhasil di olah menjadi berbagai produk turunan yang berkualitas dan diminati warga.
Meskipun usianya sudah paruh baya, ia dikenal oleh rekan-rekannya sebagai pria yang ramah dan periang. Semangat kerjanya sangat tinggi, gerakannya sangat lincah dan cekatan ketika berjalan dicelah pohon nanas. Duri nanas yang tersapu oleh tubuhnya dianggap biasa saja. Menegaskan betapa dia sudah menyatu dengan alam setempat.
” Saya sudah dua tahun terlibat di Agrowisata ini, tanggungjawab saya di perkebunan nanas ini adalah menanam dan merawat pohon nanas ini sampai berbuah dengan baik, saya tidak sendirian ada juga teman-teman saya yang lain. ” Ujarnya saat ditemui , Rabu (22/10/2025).
Muji mengaku sebelum bergabung di agrowisata ini, ia hidup dengan penghasilan yang tidak jelas. Kedua orang tuanya sudah lama meninggal dunia. Dan setelah kepergian kedua orang tuanya ia hidup sendirian tanpa saudara, isteri dan anak-anak. ia sangat bersyukur Ketika agrowisata ini sudah memberikan upah yang dianggapnya sangat cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya.
” Lumayanlah ini pak, yang jelas pendapatan dari sini cukuplah untuk hidup saya.” Tandasnya.
Selama dua tahun bekerja di perkebunan nanas ini ia mengaku bersama teman-temannya ia sudah menanam sekitar 30 ribu pohon nanas, dan luas lahan Lima Hektar. Keberhasilan pengembangan nanas ini tidak terlepas dari keseriusan PT Vale dam memberikan pendampingan.
Menurutnya tanpa bantuan dari PT Vale, ia yakin agrowisata ini akan mati suri. Karena hingga saat ini PT Vale masih rutin menyuplai pupuk organik sehingga pertumbuhan nanas tetap subur hingga menghasilkan buah yang baik. Ia mengakui PT Vale melarang penggunaan pupuk kimia di perkebunan nanas ini. Alasannya agrowisata Ponda’ta ini harus tetap ramah lingkungan.
Kendala terberatnya dalam merawat pohon nanas ini adalah membasmi rumput ilalang. Tumbuhan ini paling gampang tumbuh di sela-sela pohon nanas. Ia harus dibersihkan dengan cara disabit saja. ” Kami juga dilarang PT Vale menggunakan racun rumput untuk membunuh ilalang itu, katanya kalau diracun dianggap tidak ramah lingkungan dan bisa berefek ke nanas juga. ” Jelas Muji.
Kini dalam satu tahun terakhir ini, Agrowisata Ponta’da rutin dikunjungi warga dari berbagai daerah di Indonesia, terakhir yang berkunjung tamu dari Sumatera Selatan dan Jawa. Mereka ingin melihat dari dekat perkebunan nanas dan belajar lebih dalam pengembangan nanas serta produk turunannya.
Karena selain menjual buah, PT Vale juga kini mendampingi anggota kelompok untuk mengolah produk turunannya dari nanas yang dipanen. ” Yang sudah terwujud itu dodol nanas, sirup nanas, manisan nanas, selai nanas. ” Tutupnya. ( son/***)






